UNESCO Kukuhkan Tari Saman sebagai Warisan Dunia

Satu lagi, kekayaan budaya Indonesia resmi dikukuhkan jadi warisan takbenda dunia. Keputusan Unesco menegaskan bila Tari Saman sudah mendesak perlindungannya.

Dalam forum sidang Intergovernmental Comittee ke-6 pada 24 November 2011 silam, UNESCO telah mengukuhkan Tari Saman Gayo Lues sebagai salah satu warisan budaya takbenda milik Indonesia dengan kriteria warisan budaya yang memerlukan perlindungan mendesak. Sebelumnya, di Maret 2010, Indonesia mendaftarkan Tari Saman kepada UNESCO.

Sertifikat itu akhirnya diserahkan kepada Indonesia melalui Kemenko Kesra RI yang kemudian diserahkan kepada Kemendikbud untuk diteruskan kepada gubernur Nanggroe Aceh Darussalam dan akan tersimpan di Kabupaten Gayo Lues sebagai daerah asal Tari Saman didirikan dan dikembangkan.

Adapun kriteria perlindungan segera dan mendesak itu muncul setelah melihat frekuensi pertunjukan Tari Saman yang semakin berkurang dan transmisi nilainya yang mulai menurun meskipun tidak sedikit upaya pemerintah baik pusat dan daerah untuk terus mengembangkan tari asli Masyarakat Tanah Rencong ini.

Diserahkan oleh Deputi V Kemenko Kesra bidang koordinasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Haswan Yunaz, selaku wakil menko kesra yang tengah mengikuti sidang umum PBB di New York, AS, sertifikat UNESCO itu diserahkan kepada Wamen Dikbud, Wiendu Nuryanti.

Selanjutnya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyerahkan sertifikat Tari Saman sebagai warisan dunia takbenda UNESCO itu kepada Pemerintah Aceh yang dietrima langsung oleh Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, di Anjungan Aceh, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

“Meski penyerahan ini sedikit terlambat tapi punya makna amat dalam. Ke depan harus kita jaga agar pengakuan UNESCO tersebut tidak dicabut,” kata Wamen Dikbud, Wiendu Nuryanti dalam sambutannya.

Dalam sambutannya, Zaini Abdullah mengatakan, pengakuan terhadap Tari Saman menjadikan pendorong untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya. “Pengakuan ini membanggakan kita semua sekaligus agar lebih peduli pada budaya lokal jadi tidak khawatir seni budaya kita diklaim negara lain.”

Zaini selanjutnya mengajak para wisatawan berkunjung ke Aceh untuk melihat langsung adat dan budaya Aceh. “Aceh memiliki banyak tari budaya dan kuliner yang enak, kami mengundang semua pihak ke Aceh. Aceh sekarang bukan lagi Aceh dulu yang konfilk. Sekarang aman dan damai, ditambah lagi dengan masyarakatnya yang ramah dan suka memuliakan tamu.”

Sedikit Sejarah

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam Tari Saman mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Beberapa literatur menyebutkan, Tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.

Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

Tari saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah.

Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.

Diduga, ketika menyebarkan agama islam, Syekh Saman mempelajari tarian Melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya.

Tari saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini menggunakan bahasa bahasa Gayo).

Pada umumnya, Tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat Lain mengatakan tarian ini dilakukan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.

Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari Tari Saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam Tari Saman terbagi menjadi lima macam, yaitu Rengum atau auman yang diawali oleh pengangkat; Dering atau rengum yang segera diikuti oleh semua penari; Redet atau lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari; Syekh atau lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak; dan Saur atau lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo. (sumber: Ibad Noer, Warta Kesra)

0 Response to "UNESCO Kukuhkan Tari Saman sebagai Warisan Dunia"

Posting Komentar

Silahkan beri komentar