Jejak Dewa Hermes di Tanah Betawi

Patung Hermes di Jembatan Harmoni 2014

Hermes adalah salah satu dari 12 dewa yang tinggal di Gunung Olimpus. Dalam mitologi Yunani, ia adalah Putra Zeus dengan seorang Peri yang bernama Maia. Hermes dilahirkan digunung Kellina daerah Arkadia. Ia merupakan pesuruh atau pembawa berita para dewa terutama berita dari dewa Zeus. Dewa Hermes digambarkan sebagai  sosok yang cerdas, tubuh yang atletis dan juga cepat gerak-geriknya.

Dewa Hermes juga dianggap sebagai dewa pelindung kaum gembala, atlit, pengembara, pelindung perbatasan, perdagangan, sastrawan, penemu hingga pencuri. Hermes juga dianggap sebagai dewa keberuntungan,  dan dewa penunjuk arah. Dalam kebudayaan Romawi Hermes juga disebut Merkurius.

Hermes dilukisan sebagai pemuda yang memakai topi dan sepatu bersayap (lambang kecepatan) Tangannya kadang-kadang memegang sebuah tongkat dililit ular (lambang berita), atau sebuah dompet (lambang perdagangan). Diantara 12 dewa Olimpus Hermes merupaka dewa yang termuda setelah Dionisos.

Lantas bagaimana jejak dewa Hermes bisa ada di tanah Betawi atau Jakarta, padahal Hermes merupakan salah satu dewa dalam mitologi Yunani? Alkisah jejak Hermes pada awalnya ditemukan di daerah Harmoni pada tahun 1930-an, tepatnya berada dipembatas jembatan Harmoni. Jejak dewa Hermes termanifestasikan dalam sebuah patung perunggu seberat 70 kg berdiri dengan satu kaki dengan wajah menghadap ke langit seolah-olah ingin terbang dengan membawa tongkat yang dililit ular.

Namun usut punya usut ternyata jejak Hermes di Batavia lebih dahulu ditemukan di daerah Mester Cornelius atau Jatinegara saat ini. Berdasarkan catatan sejarah,  pada awalnya patung dewa Hermes adalah milik seorang pedagang asal Jerman yang kemudian menjadi warga negara Belanda. Karl Wilhelm Stolz, nama pedagang itu, memiliki sebuah toko dengan nama Jenny &Co yang menjual barang logam dan pecah belah. Toko Jenny & Co terletak di jalan Rijswijkstraat sekarangi Jalan Veteran, Jakarta Pusat.

Patung ini sendiri dibeli sekitar tahun 1920-an di Hamburg, Jerman. Patung ini dibuat berdasarkan Patung Hermes karya Giambologna atau Giovanni Bologna (1529–13 August 1608). Ia adalah pematung terkenal di zaman Renaissance. Patung Hermes ini awalnya dipajang di halaman rumah Karl Wilhelm Stolz di Mester Cornelius. Istri Karl kabarnya tidak terlalu senang dengan patung yang dianggapnya "porno" itu.

Tahun 1930-an, sang istri meninggal dunia. Karl berniat kembali ke negaranya. Ia pun menjual tokonya. Dan sebagai tanda terima kasih telah diizinkan membuka usaha di Hindia Belanda, ia menyumbangkan patung Dewa Hermes itu ke pemerintah.Oleh pemerintah Hindia Belanda kala itu, patung ini dipasang di jembatan Harmoni.

Pemerintah Hindia Belanda waktu itu menaruh di jembatan Harmoni yang dibangun sekitar tahun 1905 dengan maksud untuk mempercantik kota Batavia yang saat itu sedang berkembang. Disamping sebagai pembawa keberuntunga, patung Hermes juga dianggap sebagai penjaga para pedagang yang waktu itu memang sudah ramai di kawasan jalan Hayam Wuruk dan jembatan Harmoni merupakan pintu masuk ke kawasan tersebut.

Penempatan patung Hermes di jembatan Harmoni juga sebagai penanda batas antara kawasan niaga dan bisnis  yang berada di jalan Hayam Wuruk dengan kawasan pemukiman elit yang ada di jalan Veteran.

Sebenarnya jejak dewa Hermes di Batavia ada dua, yang satu berada di dekat Masjdi Istiqlal yang menghadap gereja Katerdral, kemungkinan patung Hermes yang ada di dekat Istiqlal sebagai tanda masuk ke kawasan Passer Baroe (baca:pasar baru) juga sebagai pembatas dengan kawasan elit Rijswijkstraat. Namun sayang, jejak Hermes berupa patung yang berada di dekat Istiqlal sudah hilang tanpa bekas sejak tahun 1970.  

Hanya Replika

Sekitar  Agustus tahun 1999 pembatas jembatan Harmoni pernah tertabrak mobil dan menyebabkan patung Hermes agak miring ke sungai tidak lama kemudian patung tersebut Hilang, ternyata patung tersebut tidak hilang melainkan diamankan oleh Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta atas perintah Guberur Sutiyoso.

Untuk menghidari kerusakan dan pencurian patung dewa Hermes, dan atas perintah Gubernur DKI Jakarta patung dewa Hermes di jembatan Harmoni dibuatkan replikanya sebab harga patung asli dewa Hermes mencapai Rp 1 milyar dipasar Singapura pada waktu itu.

Jadi,  patung dewa Hermes yang saat ini berada di jembatan Harmoni merupakan replika bukan aslinya. Patung replika tersebut dibuat oleh seniman patung asal Jogjakarta bernama Arsono dengan berat sekitar 100 kg, lebih berat 30 kg dari patung aslinya dan harga pembuatan sekitar Rp150 juta. Namun sayang dewa Hermes yang berada di jembatan Harmoni kini telah kehilangan tongkat Cadeceusnya, diprkirakan tongkat itu hilang tahun 2005.

Kini, patung Hermes yang asli dapat dilihat di bagian belakang Museum Sejarah Jakarta. Patung dewa yang dikenal sebagai pembawa pesan itu telah menyampaikan pesan tak tertulis mengenai sejarah kehidupan kota Jakarta mulai dari zaman pemerintahan Belanda, hingga era reformasi.

Patung Hermes di Jembatan Harmoni tahun 2004
Patung Hermes yang asli yang saat ini ditempatkan di halaman belakang museum Fatahillah

1 Response to "Jejak Dewa Hermes di Tanah Betawi"

  1. salam hangat dari kami ijin menyimak gan dari kami pengrajin jaket kulit

    BalasHapus

Silahkan beri komentar