Buton adalah sebuah nama, dan sepenggal kisah kejayaan bumi Nusantara. Nama Pulau Buton sudah dikenal sejak Abad 13 ketika Mahapatih Gajahmada bersumpah Palapa akan menyatukan Nusantara. Nama Buton juga termaktub dalam Kakawin Negarakartagama hasil karya Mpu Prapanca.
Secara geografis Buton adalah sebuah pulau yang terletak disebelah tenggara Sulawesi dan saat ini masuk dalam wilayah adminitratif Propinsi Sulawesi Tenggara. Dalam sumpah palapa atau Kakawin Nagarakartagama Buton disebut Butuni.
Sejarah gemilang Kerajaan Buton dimulai sejak tahun 1332 saat Putri Wa Kaa Kaa istri dari Sri Batara yang berasal dari keturunan bangsawan Majapahit diangkat menjadi Raja/Ratu pertama kerajaan Buton oleh Bonto/patalimbona (semacam lembaga legislative). Padahal awalnya Buton hanyalah perkampungan biasa yang bernama Walio yang saat ini secara administrative terletak di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Sisa-sisa kemegahan dan kebesaran Kesultanan Keraton masih tampak dari bekas benteng yang berdiri kokoh. Benteng ini dibangun sekitar abad 15 tepatnya ketika Sultan ke-3 La Sangaji berkuasa (1591-1597) dan baru selesai pada masa sultan ke-6 La Buke (1632-1645) artinya Benteng Keraton dibangun selama 50 tahun.
Benteng Keraton Buton awalnya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang tersusun mengelilingi komplek istana, tujuannya untuk membuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat serta sebagai benteng pertahanan dari bajak laut. Konon benteng tersebut dibuat dari tumpukan batu gunung dicampur kampur dengan perekat dari agar-agar dan putih telur.
Lazimnya kota-kota yang ada di Indonesia, biasanya benteng dengan bahan dasar batu dibuat oleh penjajah (Belanda atau Portugis). Namun untuk benteng Keraton Buton dibangun oleh masyarakat setempat yang diinisiasikan oeh Sultan. Benteng ini berbentuk huruf dhal (alphabet Arab) yang diambil dari huruf terakhir Nabi Muhammad, SAW.
Luas seluruh kompleks keraton yang dikitari benteng meliputi 401.911 meter persegi dengan ketebalan tembok mencapai 2 meter. Area yang demikian luas itu mengalahkan benteng terluas di dunia sebelumnya yang berada di Denmark. Dengan demikian, Benteng Keraton tercatat sebagai yang terluas di dunia dan tercatat dalam buku Guines Book of Record serta Museum Rekor Indoneisa (MURI) pada tahun 2006.
Letak benteng yang berada diatas bukit menjadikan benteng ini sebagai benteng yang terkuat di zamannya. Dulunya nama asli benteng ini adalah Gafurul Wadudu dengan panjang 2.740 meter, memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga (bastion atau Baluara). Tiap pintu gerbang (lawa) dan bastion dikawal empat sampai enam meriam. Pada pojok kanan sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.
Di dalamnya, ada satu induk benteng yang dikelilingi benteng kecil. Itu sebabnya, Benteng Keraton Buton juga dijuluki ‘Seribu Benteng’. Salah satu ‘anak benteng’ yang paling populer adalah Benteng Sorawolio. Diyakini, benteng itu merupakan tempat persembuyian keluarga keraton.
Selain itu, ada pula Benteng Baadia yang digunakan sebagai tempat pengintaian. Posisinya memang lebih tinggi dari lembah di sekelilingnya. Benteng lain yang juga tak boleh dilewatkan, adalah Benteng Katobengke. Suasananya sedikit mistis. Sebab, itu merupakan tempat eksekusi musuh.
Layaknya museum, di dalam benteng terdapat situs-situs sejarah seperti batu popaua (batu pelantikan raja/sultan), malige (rumah adat), masigi (Masjid), Sulana Tombi (Tiang Bendera) dan ada beberapa Makam Sultan serta beberapa meriam yang tersisa.
Tak hanya eksotisme tumpukan batu yang tersusun apik yang dapat dinikmati di sana. Dari atas bukit, di dalam kawasan benteng tampak pula Selat Bau-Bau yang elok. Lalu lalang kapal nelayan setempat membuatnya makin terlihat berwarna-warni.
Untuk datang ke Kota Baubau bisa melalui moda laut dengan menggunakan Kapal lau PELNI dari Kendari atau dengan mengunakan jalur udara dengan pesawat Express Air 2 kali penerbang dalam seminggu, Wings Air setiap hari 1 kali penerbangan siang hari dan Garuda Indonesia setiap hari 1 kali penerbangan pagi hari dan semuanya melalui Makassar.
Warisan Dunia
Kokohnya benteng keraton Buton yang berdiri sejak abad 15 ini sebagai bukti nyata bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan modern. Bukan hanya fisik namun system demokrasi yang dibangun didalamnya yang telah tegak sebelum benteng dibangun.
Jadi sudah sepantasnya benteng keraton Buton serta system demokrasinya menjadi warisan dunia sebab itu adalah bukti bahwa dibalik tebal dan kokohnya benteng kerajaan/kesultanan Buton terdapat system demokrasi yang menjadi ibu kandung dari munculnya kerajaan/kesultanan Buton dan tetap dipertahankan hingga saat ini. (deni)
0 Response to "Baubau: Kota Sejarah dengan Benteng Terluas di Dunia "
Posting Komentar
Silahkan beri komentar