Tari Hudoq, Penghormatan Buat Dewa-Dewa Suku Dayak yang Datang ke Bumi

Menurut kepercayaan suku Dayak Bahau dan Modang, tari Hudoq adalah tari penyambutan kedatangan dewa ke bumi. Dewa - dewa utusan Sang Pencipta disebut dewa Hunyang Teyanggan (pemelihara padi) inilah yang yangtinya akan menjaga dan melindungi huma pertanian suku Dayak.

Tari Hudoq sendiri dilakukan oleh 13 orang. Angka 13 ini pun melambangkan jumlah dewa yang datang ke bumi. Menurut kepercayaan suku Dayak, barang siapa yang melihat dewa-dewa ini secara langsung, manusia tersebut akan sakit atau bahkan mati. Karena itu, para dewa pun menyamarkan wujud mereka dengan topeng dan baju daun pisang.

Topeng yang menyerupai paras burung diyakini sebagai lambang atau citra paras dewa Hunyang Teyanggan. Pada topeng ini akan ditemukan rona merah dan kuning yang kabarnya ialah warna-warna kesukaan para dewa. Sementara itu daun pisang digunakan sebagai kostumnya dipercaya sebagai lambang kesejahteraan dan kesejukan.

Sejarah lain menyebutkan bahwa tari Hudoq ini dilakukan buat mengenang jasa-jasa para leluhur suku Dayak (Bahau dan Modang) yang hayati di alam nirwana . Para leluhur ini berasal dari Ibu Besar atau disebut dengan Asung Luhung. Asung Luhung sendiri sudah seperti dewa yang mampu memanggil roh baik dan roh jahat.

Asung Luhung lantas memanggil roh-roh baik atau roh nenek moyang suku Dayak dan diutus pergi ke bumi buat menemui manusia guna menyampaikan kabar baik. Namun roh-roh baik ini syahdan memiliki paras menyeramkan yang dapat membuat manusia ketakutan. Akhirnya mereka pun disuruh mengenakan topeng dan baju dari daun pisang buat menyamar.

Begitu berjumpa dengan manusia, mereka akhirnya melakukan obrolan sekaligus memberikan macam-macam benih, termasuk tanaman obat seperti yang sudah diutuskan oleh Asung Luhung. Suku Dayak pun sangat percaya, roh-roh baik ini akan selalu datang buat menjaga dan mengawai mereka di setiap musim tanam tiba.

Mitos lain yang menyertai tarian Hudoq ini adalah sebagai penolak bala. Sebagian masyarakat percaya, apabila orang yang sedang sakit datang buat menyaksikan tarian Hudoq dan terkena kibasan daun pisang (dari kostum penari saat sedang menari), maka penyakitnya akan hilang dan ia akan sembuh.

Tarian Hudoq ini juga bermakna memohon limpahan rahmat dan berkah dari Sang Pencipta. Banyak orang yang meyakini bahwa tarian Hudoq ini mampu memberikan kemakmuran dan membuang kesialan pada seseorang. Maka tidak heran apabila pagelaran tari Hudoq ini akan selalu ramai dikunjungi orang. Selain percaya pada mitos-mitos yang beredar, sebagian lain juga ingin menyaksikan tari Hudoq sebagai hiburan yang hanya dapat disaksikan setahun sekali.

Prosesi Tari Hudoq

Sebelum memulai tari-tarian, ada ritual spesifik yang harus dilakukan terlebih dahulu. Ritual pertama dalam tari Hudoq ini disebut dengan Napoq. Ritual ini sangat sakral dan hanya boleh dilakukan oleh orang pilihan yang kemudian disebut Dayung. Dayung sendiri harus memiliki kemampuan istimewa , yaitu dapat berkomunikasi dengan roh atau dewa.


Dayung ini akan didampingi oleh dua orang asisten. Mereka kemudian berkeliling kampung sambil membunyikan gong kecil. Alat ini berfungsi sebagai media komunikasi, dan bunyi-bunyian gong kecil itu diyakini sebagai sapaan kepada dewa/roh penjaga desa dan memberitahu bahwa Napoq sedang dilakukan buat memulai tari Hudoq.

Selanjutnya, Dayung akan memanggil Sang Penguasa Alam dan memohon agar penyelenggaraan tari Hudoq dapat berjalan lancar. Setelah memanggil para dewa, Dayung akan melanjutkan ritual selanjutnya, yaitu menjamu para dewa dengan makanan. Sebelumnya, roh atau titisan dewa ini akan merasuki para penari Hudoq.

Dayung pun akan menyuapi mereka dengan jamuan makan siang yang sudah disediakan. Selesai perjamuan makan siang, Dayung akan berdialog dengan para dewa menggunakan bahasa Dayak antik yang halus yang biasanya hanya dapat dimengerti dan diterjemahkan oleh sang Dayung sendiri.
Saat dialog, Dayung akan memohon agar huma pertanian mereka dijaga dan dilindungi. Dari komunikasi dengan dewa ini pula Dayung dapat mengetahui apakah hasil panen nantinya dapat baik atau malah sebaliknya.

Bila prosesi ini sudah selesai, maka tari Hudoq pun dilaksanakan. Biasanya tari-tarian ini dilakukan di area yang luas seperti lapangan atau di huma sawah yang siap ditanami. Para penari yang kerasukan dewa akan berbaris yang diurutkan berdasarkan strata atau kelas sosial dewa.

Dewa tertinggi biasanya akan berdiri paling depan. Para penari ini kemudian melakukan ritual yang disebut menarik nyawa padi dengan mengucapkan mantra yang kemudian dilanjutkan dengan menari.
Tari Hudoq memiliki beberapa gerakan yang tentunya punya filosofi tersendiri. Salah satunya ialah gerakan mengibas-ngibaskan tangan seperti gerakan sayap burung yang sedang terbang. Gerakan ini memiliki makna mengusir hama dari huma pertanian.

Selain itu, para penari akan melakukan gerakan memutar ke kiri dan ke kanan. Berputar ke kiri bermakna membuang kesialan, sementara berputar ke kanan diyakini sebagai gerakan meraih kebaikan.

Tari Hudoq biasanya memang dilakukan menjelang musim tanam padi tiba. Namun seiring berjalannya waktu, tari Hudoq yang menjadi salah satu karakteristik khas suku Dayak ini juga kerap dilakukan pada acara-acara hiburan atau acara kebudayaan, baik di dalam negeri maupun mancanegara . (DAM/dbs)

0 Response to "Tari Hudoq, Penghormatan Buat Dewa-Dewa Suku Dayak yang Datang ke Bumi"

Posting Komentar

Silahkan beri komentar