Memasuki sebuah kedai kopi di Naples,
Italia, aroma espresso dengan cepat menyergap hidung.
Beberapa orang terlihat sibuk dengan kegiatannya, sambil bersembunyi di balik
kepulan asap kopi. Sementara yang lain, mengantre di depan bar yang
bersebelahan langsung dengan kasir.
Hari itu, tidak ada yang berbeda di
kedai kopi tersebut, hingga datang dua orang pria yang memesan lima
cangkir kopi.
"Dua untuk kami, dan tiga
ditunda," ujarnya.
Mereka lalu membayar pesanan mereka,
mengambil dua cangkir dan pergi. Hal yang sama dilakukan oleh tiga orang pria
yang memesan tujuh cangkir kopi, mengambil tiga untuk mereka dan empat
ditunda.
Tidak lama kemudian, seorang pria dengan
pakaian lusuh datang dan bertanya pada barista, "Apakah ada kopi yang
ditunda?".
Ini sepenggal cerita yang ditulis oleh
John Sweeney di akun facebook bernama "Suspended Coffee". Kisah itu
yang lalu menggerakkannya membuat program kopi tunda. Program yang kini tengah
mewabah di berbagai negara, seperti Filipina, India, Australia, Eropa dan
Amerika Serikat.
Suspended Coffee adalah program
yang menawarkan pelanggan untuk membayar beberapa cangkir kopi yang
ditangguhkan atau ditunda. Kopi tersebut nantinya akan diberikan kepada mereka
yang menginginkan kopi, namun tak mampu membayar.
Prosesnya sederhana. Pelanggan dapat
membeli kopi untuk diri sendiri, ditambah satu atau dua cangkir tambahan untuk
orang yang mungkin membutuhkan. Kopi yang sudah dibayar, disimpan oleh barista,
lalu ditawarkan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam program ini, para
pendonor dan penerima kopi tidak saling kenal.
Asal Mula
Tradisi yang bermula di Naples, Italia
di awalnya diberi nama "Espresso Sospeso". Konon tradisi tersebut
berawal dari meletusnya gunung Vesuvius yang meluluhlantahkan Kota Naples 200
tahun silam.
Orang-orang kaya di Naples akibat bencana
tersebut menderita kelaparan sebab telah menjadi kebiasaan orang kaya pada
waktu itu di Naples yang membeli makan secara langsung (tidak menyetok). Akan tetapi
keadaan sebaliknya terjadi pada orang-orang miskin di Naples, karena kebiasaan
menyetok bahan makanan orang-orang miskin tersebut terhindar dari bencana
kepalaran.
Keadaan tersebut justrus tidak membuat orang-orang
miskin menjadi egois atau tidak berempati, mereka (orang-orang miskin) dengan
suka rela memberi stok makanan yang mereka punya untuk dibagikan kepada
orang-orang kaya. Sebagai ungkapan terima kasih orang-orang kaya di Naples juga
memberikan koin emas atau perhiasan yang mereka punya, meskipun uang dan
perhiasan emas tidak ada gunanya pada waktu itu.
Konon cerita rakyat tersebut yang
menginspirasi para pemilik kedai kopi di Naples untuk meneruskan tradisi
berbagi sebab mereka (rakyat Naples) percaya bahwa dengan berbagi kota Naples
tetap bertahan. Tradisi “Espesso Sospeso” di Naples sempat hilang setelah
Perang Dunia II. Belakangan progam ini muncul lagi, dan diubah namanya menjadi Suspended
Coffee.
Bagaimana cara mereka mengetahui bahwa
kedai tersebut memiliki kopi yang ditangguhkan? Pengelola kedai akan
mengumumkan ketersediaan Suspended Coffee di depan kedai.
Pengelalo kedai kopi (barista) akan mencatat jenis dan jumlah kopi yang
ditangguhkan hingga seseorang datang dan bertanya apakah kedai kopi terebut
memiliki secangkir kopi atau sepotong kue yang ditangguhkan.
Ini hanyalah satu dari banyak cara yang
dapat dilakukan untuk memberikan bantuan pada mereka yang membutuhkan. Tanpa
harus dikenal. Tanpa pamrih. (DAM/dbs)
0 Response to "“Suspended Coffe” Tradisi Berbagi Kopi ala Naples"
Posting Komentar
Silahkan beri komentar