Kang Dody, Merantau Demi Cari Uang Jalan Kaki (Cuanki)


Sekilas kuliner ini mirip bakso khas Malang, tapi ketika diamati lebih seksama ternyata ada beberapa perbedaan yang mendasar dengan bakso khas Malang. Ya…bakso Cuanki adalah bakso khas Bandung yang mungkin hanya bisa ditemui di daerah Bandung, atau Jabodetabek.


Adalah Kang Dody (25), lelaki asal Garut ini yang selalu setia berkeliling menjajakan sekaligus memperkenalkan bakso Cuanki ke sekitar wilayah kediamanku. Biasanya Kang Dody lewat di depan rumahku sekitar jam 14.30 hingga 15.00.


Sekilas nama kuliner yang dijajakan Kang Dody mirip nama makanan Cina padahal kuliner ini asli dari Bandung. Ketika ditanya kenapa bakso yang dijualnya bernama Cuanki menurut Kang Dody nama Cuanki hanyalah akronim dari kata ‘cari uang jalan kaki.’


“Yang saya tahu pada awalnya para pedagang bakso Cuanki semuanya menggunakan rombong yang dipikul dan jualannya berjalan kaki, jadi itu mungkin yang menjadi alasan pemberian nama Cuanki alias cari uang jalan kaki,” jelas Kang Dody.


Menurut Kang Dody, dirinya berjualan bakso Cuanki sudah 6 tahun, 5 tahun di daerah Bandung dan baru 1 tahun di Bekasi. Awal kang Dody berjualan Cuanki sejak dirinya lulus SMA tahun 2003 silam. “Setelah lulus SMA saya merantau ke Bandung ikut teman dan di Bandung saya berjualan bakso Cuanki ini,” kata Kang Dody.


Pekembangan bakso Cuanki di Bandung dalam lima tahun terakhir, kata Kang Dody lumayan pesat, pasalnya cita rasa bakso Cuanki tidak kalah dengan bakso Malang yang sudah terkenal, apalagi munculnya bakso Cuanki melalui proses kreatif dan inovatif dan masyarakat Bandung sangat mendukung semua gagasan yang sifatnya kreatif dan inovatif.


“Awalnya ide bakso cuanki adalah perpaduan antara siomay khas Bandung dengan bakso khas Malang, kalau siomay Bandung diambil dari cara memasaknya yaitu dikukus sedangkan bakso khas Malang diambil dari cara penyajian dan jenis-jenis seperti ada bakso, siomay, tahu kulit, tahu putih dan ada krupuk bakwan yang juga ikut dikukus. Semuanya disajikan seperti bakso Malang dan dengan penyedap rasa bakso Malang yang paling dominan,” ungkap Kang Dody.


Perbedaan yang mendasar antara bakso Malang dan bakso Cuanki menurut Kang Dody terletak pada cara mengolah salah satu item bahannya. Kalau bakso Malang bakwannya kering dan garing sehingga dapat mejadi krupuk sedangkan bakso Cuanki bakwannya dikukus sama seperti bahan-bahan lainnya.


Ketika ditanya siapa yang mempopulerkan atau menemukan bakso Cuanki, Kang Dody mengaku tidak tahu yang dia tahu bakso Cuanki adalah bakso khas Bandung yang berbeda dengan jenis bakso lainnya seperti bakso Malang, Mie bakso, bakso Solo dan sebagainya.


Menurut Kang Dody, karena pesatnya pertumbuhan dan kepopuleran bakso Cuanki sebagai bakso khas Bandung, sehingga hal tersebut berpengaruh juga pada pertumbuhan penjual bakso Cuanki.”Dalam 5 tahun terakhir selama saya di Bandung para penjual bakso Cuanki di Bandung semakin banyak sehingga mengurangi pendapatan,” kata Kang Dody.


Karena itu, lanjut Kang Dody dirinya bertekad merantau ke Bekasi untuk berjualan bakso Cuanki karena dia melihat prospek penjualan bakso Cuanki di Bekasi masih cukup besar. “Di Bekasi orang yang berjualan bakso Cuanki masih sedikit, jadi saya masih punya harapan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik,” katanya.


Merantau ke Bekasi


Di Bekasi Kang Dody tetap berprofesi sebagai penjual bakso Cuanki, meskipun begitu kenekatannya untuk merantau ke Bekasi perlu diacungi jempol sebab bagi sebagian orang merantau memerlukan mental yang cukup kuat dan berani. “Niat saya untuk mengadu nasib di Bekasi hanya satu yaitu ingin merubah nasib agar lebih baik,” ungkap Kang Dody.


Menurut Kang Dody, dirinya merantau dan berjualan bakso Cuanki di Bekasi sudah satu tahun lamanya dan selama itu pula Kang Dody belum melihat adanya perkembangan yang pesat terhadap bakso Cuanki. “Di Bekasi bakso Cuanki belum begitu populer juga penjualnya belum begitu banyak,” kata Kang Dody.


Memang kalau dibanding dengan mie bakso atau bakso Malang, bakso Cuanki belum begitu populer dan belum banyak peminatnya, tengok saja di mal-mal yang ada di Bekasi atau di perkampungan, penjual bakso Cuanki sangat jarang atau bahkan tidak ada. “tetapi saya tetap yakin saya akan lebih baik berjualan di Bekasi daripada di Bandung,” katanya.


Menurut Kang Dody, dia berjualan bakso Cuanki mulai dari jam 1 siang hingga jam 9 malam. Biasanya harga rata-rata yang di patok Kang Dody untuk 1 porsi bakso Cuanki seharga Rp.4000. Namun ada juga yang membelinya dengan harga di bawah atau di atas harga yang ditetapkan. “kalau soal harga saya tidak mematoknya dengan leluasa pembeli boleh membelinya di bawah harga atau di atas harga rata-rata yaitu Rp.4000,” kata Kang Dody.


Soal pendapatan, menurut Kang Dody cukup buat hidup sehari-hari. Biasanya penghasilan bersih setelah dipotong setoran yang berjumlah Rp 60.000, kang Dody bisa mengantongi uang Rp 20.000 – 60.000. “Kalau lagi beruntung saya bisa menjual habis dagangan saya dan saya bisa membawa uang ke rumah Rp.60.000, tapi kalau buntung saya Cuma bawa pulang uang Rp.20.000,” jelasnya.


Meskipun berjualan dengan cara setoran, menurut Kang Dody, kalau dagangannya tidak habis Kang Dody tidak mengembalikan dagangannya ke juragan tetapi di bawanya pulang atau di makan sendiri. “Kalau dibilang setoran bisa juga karena segala peralatan dan bahan-bahan untuk berdagang telah disiapkan oleh juragan tetapi ketika dagangannya tidak habis, juragan tidak mau terima atau menanggung kerugian.” kata kang Dody.


Namun demikian harapan Kang Dody untuk mendapat penghasilan lebih baik di Bekasi tidak pernah putus. Bahkan Kang Dody semakin optimis bahwa pendapatannya akan semakin baik manakala bakso Cuanki khas Bandung semakin populer di Bekasi.(den)

1 Response to "Kang Dody, Merantau Demi Cari Uang Jalan Kaki (Cuanki)"

  1. Kang Den Mas Deni, terimakasih deh kunjungannya ke blog saya. Terimakasih juga telah membuat link ke blog saya. Blog panjenengan hebat banget. Pasti panjenengan punya banyak waktu untuk menggarapnya.
    Blog saya memang sederhana banget. Sekedar untuk tidak membuat mati semangat menulis saya. Cuma sayangnya saya tidak mampu dalam hal waktu untuk menggarapnya secara serius. Saya belum sempat eksplorasi apa yang bisa saya lakukan di blog saya selain menulis. Nanti deh pelan-pelan saya bagusi. Untuk sementara, saya hanya puas dengan melampiaskan semangat menulis saja.
    Salam untuk keluarga.

    BalasHapus

Silahkan beri komentar