Judul Buku : Hidup Rukun Seperti Rasulullah
Penulis : Ibrahim bin Muhammad al-Hamd al-Muzaini
Editor : Fuad Abdul Hamied dan Syihabuddin
Penerbit : Kedeputian bidang Koordinasi Pendidikan, Agama, dan
Aparatur Negara Kementerian Koordiantor Kesra dan
Penerbit Pena
Tebal : xiii + 159 halaman
Sejatinya buku Hidup Rukun seperti Rasulullah adalah sebuah buku yang berbahasa Arab dengan judul asli at-Ta’amul Ma’al Akharin yang diterbitkan pertama kali oleh Pusat Dialog Nasional Raja ’Abdul Aziz al-Riyadh’ tahun 2005. Kemudian buku ini di edit kembali oleh Prof. Fuad Abdul Hamied dan Prof. Syihabudin untuk keperluan penyebaran ’virus’ kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Sebagai sebuah buku ’propaganda’ buku ini tentu sangat tepat dibaca oleh para pemuka agama, pendakwah, pendidik, politikus, mahasiswa serta aparatur pemerintah yang sedang giat-giatnya menyebarkan ’virus’ kerukunan dan perdamaian di Indonesia. Meskipun buku ini hanya menampilkan satu sudut pandang, yaitu sudut pandang sejarah sosial dan budaya Islam, namun kiranya momentum tebitnya sangat tepat karena bertepatan dengan moment bulan puasa dan Hari Perdamaian Internasional yang jatuh pada 21 September.
Selain itu, penampilan sudut pandang sejarah sosial dan budaya Islam memungkin buku ini dapat diterima oleh kalayak ramai masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Apalagi beberapa tahun terakhir ini kondisi kerukunan antarumat beragam dan intern umat beragama di Indoensia belum terwujud secara memuaskan. Hal ini ditandai dengan adanya pensitaan, pelecehan, perusakan, penodaan, dan penghujatan yang dilakukan oleh pemeluk agama atau penganut suatu aliran terhadap pemeluk atau penganut aliran yang lain.
Berbicara mengenai konteks sejarah sosial dan budaya Islam perensensi teringat sebuah buku yang ditulis oleh seorang intelektual muslim asal mesir, Hasan Hanafi. Dalam bukunya yang berjudul Oksidentalisme. Hasan Hanafi membuat sebuah gagasa besar dalam merkontruksi sejarah peradab Islam, dalam gagasan tersebut Hasan Hanafi ingin mengakhiri monolog kebudayaan Barat terhadap Timur dalam sebuah dekontruksi sejarah. Serta menjadikan budaya Barat sebagai kajian.
Hasan Hanafi dalam Oksidentalismenya menuturkan bahwa langkah awal dalam mewujudkan gagasan tersebut adalah upaya untuk membuka tabir sejarah yang menjadi sumber kesadaran Barat yang notabennya adalah berasal dari budaya Timur. Dengan begitu universalitas budaya Barat digugat. Kemudia inilah yang dimaksud oleh Hasan Hanafi sebagai sumber yang tidak terekspose. Jadi, pecitraan atau pengungkapan sejarah berperan penting dalam menciptakan kesadaran baru.
Akan halnya buku Hidup Rukun Seperti Rasulullah merupakan sebuah upaya penyadaran umat Islam melalui penyajian sejarah masyarakat Islam zaman Rasulullah. Dalam buku ini diungkapkan bagaimana Rasulullah memelihara dan menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama yang dilandasi oleh ajaran agamanya, yaitu Islam. Nilai-nilai tolerasi, kebersamaan, persamaan hak, kerukunan yang ada dalam sejarah peradaban Islam maupun manuskrip-manuskrip al-Qur’an dan as-Sunnah bukan sekedar kaidah-kaidah filsafat ataupun teori melainkan pendidikan praktis, niali-nilai prilaku, dan realitas yang telah menjadi tuntunan bagi kehidupan manusia.
Sebagai kajian sejarah, buku ini akan menghidangkan sejumlah bukti sejarah yang banyak dan melimpah ruah. Karena itu, buku ini akan memberikan banyak contoh dan bukti yang dapat dijumpai di dalam sepanjang sejarah kaum muslimin. Bukti-bukti tersebut merupakan model hidup yang ideal dan menunjukkan andil peradaban kaum muslimin.
Selain bukti sejarah, kajian yang akan disuguhkan dalam buku ini adalah untaian hikmah yang bijaksana yang berasal dari nash-nash kitab suci maupun dari hadist nabi yang menganjurkan agar umat Islam senantiasa menjunjung nilai-nilai kerukunan, toleransi, hak azazi, persamaan hak, rasa keadilan, persaudaraan, kemanusiaan, serta penghrormatan. Dengan begitu peradaban Islam semakin tegak di atas asas-asas agama dan kaidah-kaidahnya dibangun atas prinsip-prinsip agama.
Jadi, boleh dibilang bahwa peradaban Islam merupakan suatu keunikan dalam sejarah karena ditegakkan bukan untuk satu agama saja, melainkan untuk semua agama. Semua bersumber pada agama Islam dan agama lain menikmati mata airnya. Hal itu terekam di buku ini dengan indah dengan menampilkan bukti-bukti sejarah maupun bukti-bukti nash mengenai interaksi umat Islam dengan nonmuslim. Begitu tampak indah dan cemerlangnya peradaban Islam dalam hal menjaga kerukunan dan tolerasni.
Toleransi dan Kerukunan
Di antara hal yang membedakan perdaban Islam dengan peradaban lainnya adalah sikap toleransi terhadap agama lain. Toleransi ini merupakan ciri yang kokoh di antara ciri-ciri lain peradaban Islam sepanjang massa. Sisi inilah yang menjadi saksi sejarah bahwa Islam adalah agama rahmat, moderat, adil, jujur, dan baik. Prinsip-prisip agung dan luhur tersebut menjadi salah satu faktor kemenangan Islam.
Sikap toleransi Islam ditunjukan sangat indah oleh Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya saat penaklukan kota Mekkah atau Fathul Mekkah. Dalam peradaban manapun penaklukan Mekkah adalah penaklukan sebuah kota yang sangat damai tanpa ada kekerasan sama sekali. Setalah Nabi Muhammad dan pengikutnya berhasil masuk kota Mekkah, nabi tidak menyuruh atau memaksa penduduk Mekkah yang belum beragama Islam untuk memul Islam nabi membiarkan mereka dan menghormati mereka untuk memeluk dan melaksanakan ibadah agama mereka. Perlu diketahui bahwa pada saat penaklukan Mekkah penduduk Mekkah terdiri dari bermacam-macam agama dan keyakinan. Ada agama Nasrani, maupun Yahudi.
Bukti nyata lainnya yang tercatat dalam sejarah Islam adalah keterangan yang diriwayatkan oleh Bukhari bin Jabir bin Abdullah. Ketika iring-irinagn jenazah melewati Nabi saw., beliau bangkit berdiri . Ada yang memberi tahu Nabi bahwa jenazah itu orang Yahudi. Lalu, Nabi menjawab, ”Bukankah dia juga manusia.”
Sikap toleransi juga diungkapkan dengan indah dalam al-Qur’an, surah al-Baqarah ayat 285 ”Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah , malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya. ’Dan mereka berkata, ’Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
Nash al-Qur’an tersebut jelas-jelas membuktikan bahwa agama Islam menyerukan kepada umatnya agar beriman kepada semua nabi tanpa harus membeda-bedakan nabi yang satu dengan nabi yang lain sebab semua nabi mengemban dakwah, risalah, dan tujuan yang sama. Logikanya para nabi pembawa risalah sebelum Islam harus di imani, maka ajaran dan penganutnya harus pula di hormati.
Selain fakta serta bukti toleransi Islam yang digambarkan dalam kitab suci maupun tarikh Islam. Tingkat toleransi kaum muslim zaman rasulullah juga diakui oleh parat orientalis yang jujur. Sebut saja Gustav Lebone seorang orientalis yang mengakui bahwa tingkat toleransi Muhammad mencapai target yang mulia. Hal senada juga disampaiakn Thomas Arnold seorang orientalis asal Inggris dalam bukunya ad-Da’watul ila al-Islam bahwa ”Kami tidak pernah mendengar satu ayat Al-Qur’an yang berusaha memaksa suatu kelompok nonmuslim agar menerima ajaran Islam; tidak ada satu ayat pun yang memerintahkan untuk membumihanguskan agama Kristen.” (hal 113). Demikianlah toleransi Islam diakui sehingga toleransi itu menjadi bagian ajaran Islam.
Pada akhirnya buku ini adalah sebuah upaya langkah awal dalam mengkaji masalah toleransi dalam agama Islam. Buku ini tersusun atas 13 bab yang masing-masing memiliki keterkaitan antara bab yang satu dengan bab lainnya. Dan memang buku ini sangat layak dibaca oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya agar sebuah kesadaran baru muncul, kesadaran untuk bertoleransi, berlaku adil, sikap kasih sayang, rasa persaudaran sehingga tercipta kerukunan yang abadi di negeri tercinta ini. Insya Allah. (den)
0 Response to "Rukun ala Rasulullah"
Posting Komentar
Silahkan beri komentar