Puhun kamboja kembang kuburan
Kembangnye rontok di tenge taman
Tuan Raja ude kagak sabaran
Pengen ketemu Tuan Putri nyang ade di kedieman
Pisang raje matengnye ditusuk
Daon kelape dibuat alasnye
Kalo emang abang pengen masuk
Ape ude tau syaratnye…?
Puhun duku di Batu Ampar
Kelape ijo jatohnye ke tane
Cuman Tuan Putri atu nyang langgar
Kalo emang jodo kagak lari, ape syaratnye?
Ngomong aje lu sebakul
Bise-bise juragan dibandring batu
Kalo ngomong nyang betul
Coba adepin aye punye Palang Pintu…!
Sesaat kemudian teriakan dua orang laki-laki yang saling beradu pukul mulai terdengar. Pukulan, tangkisan , tendangan atau bahkan bantingan saling diperagakan kedua jawara. Sesekali jawara tersebut saling meledek dengan bahasa verbal. Itulah aksi palang pintu, yang merupakan salah satu bagian dari prosesi perkawinan Betawi.
“Cara Kawinan Orang Betawi” begitu kebanyakan orang bilang, sebuah ritual tradisi “lamaran” yang diselingi seni buka palang pintu yang di dalamnya terdapat bermacam seni yang secara umum termasuk kedalam seni pertunjukkan (straatvertoning), diantaranya pantun, maen pukulan atau pencak silat ala Betawi.
Buka Palang Pintu merupakan segmentasi acara yang dilakukan adat perkawinan Betawi menjelang diselenggarakannya akad nikah, dimana terdapat dua pihak yang mewakili mempelai pria dan mempelai wanita.
Sejak kapan ada tradisi Buka Palang Pintu di tanah Betawi? Tidak ada dokumen sejarah yang menjelaskan perihal ini. Kalaupun ada hanya sebatas catatan perjalanan (travel account) Raden Aryo Sastrodarmo, seorang pelancong ningrat asal Surakarta ke tanah Batavia di penghujung abad 19, dalam “Kawontenan Ing Nagari Betawi 1865”.
Catatan ini merekam beberapa macam kesenian dalam tradisi perhelatan perkawinan di zaman itu, termasuk adanya musik gambus yang mengiringi ritual dengan lagu-lagu berbahasa Arab. Namun sejatinya Buka Palang Pintu sebagai salah satu prosesi pernikahan adat Betawi lahir bersamaan dengan terbentuknya etnis Betawi itu sendiri.
Dalam prosesi Buka Palang Pintu, terdapat konvensi urutan, mulai dari ngarak diiringi shalawat dustur atau yang lebih dikenal dengan shalawat Nabi, besambut pantun, beklai (berkelahi-red), dan pelantunan sike (pembacaan ayat Al Quran).
Shalawat dustur diibaratkan sebagai pembuka kata salam dari pihak mempelai pengantin pria atau tuan raja mude kepada pihak mempelai wanita atau tuan putri. Besambut pantun merupakan gambaran adat dan kebiasaan masyarakat Betawi dalam berkomunikasi. Sebuah dialog sampiran-isi antara kedua pihak mempelai. Sedangkan pencak silat dan pelantunan sike mempresentasikan pihak mempelai pria yang nantinya sebagai kepala keluarga, diwajibkan untuk mampu menjadi tempat berlindung dalam hal keamanan dan bernaung dalam hal kerohanian (sebagai imam).
Adegan beklai atau perkelahian pencak silat yang menjadi inti prosesi Buka Palang Pintu, sejatinya tidak harus ada yang menang dan yang kalah. Ketika perkelahian sedang berlangsung sengit para sesepuh dari kedua mempelai berlakon mendamaikan, sebab adat Buka Palang Pintu ini diadakan untuk menghantarkan niat baik untuk menyatukan kedua pihak keluarga dalam satu ikatan pernikahan.
Besambut Dandang
Buka Palang Pintu dalam tradisi masyarakat Betawi yang bersentuhan dengan wilayah kebudayaan Sunda terdapat sisipan perebutan dandang yang terbuat dari tembaga sebagai media penentuan pemenang.
Dalam tradisi Besambut Dandang ini dandang disandang di punggung jago pihak mempelai perempuan. Zaman dahulu seorang jago, bobotoh atau wakil besan, diberi aturan dengan kriteria seorang lelaki yang telah “tengah tuwuh”, berusia 40 tahun keatas, berpenampilan jantan, bertubuh tinggi besar, berwajah angker, dan yang terpenting berkumis baplang selayaknya tampilan jawara secara umum.
Tidak ada perbedaan yang prinsipil diantara Buka Palang Pintu yang tidak menggunakan dengan yang menggunakan dandang, hanya saja terdapat penambahan makna dalam bentuk media sebuah dandang. Dandang tembaga bermakna sebagai lambang dari kekuatan serta kekayaan. Kekayaan tidak jatuh dari langit begitu saja, tetapi sesuatu yang harus diusahakan dan diperjuangkan.
Jika ditelaah kiranya tradisi Buka Palang Pintu yang disisipi Besambut Dandang ini ada pengaruh dari tradisi masyarakat Sunda, yaitu Adu Jaten Parebut Se’eng (Adu Kejantanan Saling Merebut Dandang) yang pendukungnya banyak ditemukan di daerah Bogor, Krawang, dan Bekasi yang notabene berbatasan dengan tanah Betawi. (dbs)
Home » palang pintu »
silat betawi »
tradisi perkawinan betawi
» Palang Pintu, Sastra dan Seni Pertunjukkan ala Betawi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Palang Pintu, Sastra dan Seni Pertunjukkan ala Betawi "
Posting Komentar
Silahkan beri komentar