Rammang-Rammang, Eksotisme Hamparan Taman Hutan Batu yang Melegenda

Akhir tahun, Rasanya tak perlu jauh-jauh harus ke luar negeri. Karena di Indonesia memiliki banyak keanekaragaman destinasi wisata yang sangat menarik dan menakjubkan. Salah satunya adalah Taman Hutan Batu Krast  yang terletak di desa Ramang-Ramang, Maros, Sulawesi Selatan. Makanya destinasi tersebut saat ini dikenal dengan nama Rammang-Rammang.

Nama Rammang-Rammang sendiri berasal dari Bahasa Makassar yang berarti awan atau kabut. Mengapa dinamakan demikian, karena menurut warga, dahulu kawasan ini selalu diselimuti awan atau kabut yang selalu turun di pagi hari.

Untuk mencapai kawasan Rammang-Rammang sangat mudah dijangkau, karena terletak hanya beberapa meter dari jalan raya lintas provinsi. Kalau dari kota Makkassar jaraknya sekiatr 40 KM dan dari Kota Maros sekitra 10 KM. Adapun jarak tempuh dari Bandara Internasional Hasanuddin hanya 30 menit saja.

Rammang-Rammang masuk dalam kawasan karst yang membentang di kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan, luasnya sekitar 45.000 hektar di mana 20.000 hektar di antaranya masuk dalam kawasan taman nasional Bantimurung, Maros.

Tahun 2001 UNESCO memasukkan kawasan karst Maros-Pangkep sebagai kawasan cagar alam yang telah memenuhi 9 syarat termasuk keragaman hayati yang unik dan tentu saja sisa peninggalan manusia purba di beberapa dinding gua.

Kawasan ini pantas disebut taman, karena berbagai jenis bebatuan dengan bermacam bentuk laksana pahatan ada di Rammang-Rammang ini. Umumnya adalah batu kapur, sejenis batu karang berbagai ukuran. Mulai dari yang hanya satu meter hingga yang besar dan tingginya mencapai puluhan meter.
Untuk menikmati pahatan alam dari bebatuan itu, bisa dilakukan dengan berperahu menyusuri sungai yang membelah pengunungan. Sebuah dermaga kecil menjadi titik awal memulai petualangan menyusuri sungai Rammang-Rammang. Selama sekitar 15 menit menaiki perahu bermesin tempel, panorama alam Rammang-Rammang bisa dinikmati.

Untuk memulai perjalanan dengan perahu tempel menyusuri sungai, ada tiga pilihan perahu yang bisa digunakan. Pertama, perahu bermuatan satu hingga empat orang dikenakan tarif Rp 200 ribu. Jika terdiri atas lima hingga tujuh orang, dikenakan biaya Rp 250 ribu. Sedangkan untuk kapasitas terbanyak yakni delapan hingga sepuluh orang dikenakan tarif RP 300 ribu. Tarif tersebut sudah untuk biaya perjalan perahu pergi dan pulang.

Di sungai tersebut, sejumlah batu-batu besar berserakan tak beraturan. Batu-batu itu seolah 'tumbuh' dari dasar sungai lalu muncul di permukaan. Ada beberapa yang terlihat seolah diletakkan bertumpuk bersusun-susun. Namun jika melihat bentuknya, rasanya tak mungkin jika hal itu sengaja dilakukan manusia, karena ukurannya yang sangat besar.

Bagi pengemudi perahu disana, batu-batu tumbuh yang berserakan di sepanjang aliran sungai itu bukan masalah. Dengan lincah mereka bisa membelokkan perahunya mengindari bebatuan tersebut. Sungai yang dilalui pun lumayan lebar, sekitar enam atau tujuh meter. Tetapi di beberapa titik memang ada yang menyembit. Bahkan hanya selebar satu meter dan hanya bisa dilewati satu perahu.
Tatkala mendongakkan kepala menyaksikan pahatan gunung kapur dengan gua-gua yang menganga, akan terlihat pemandangan yang sangat eksotis. Sesekali akan terdengar suara teriakan burung memecah keheningan.

Perahu bermotor tempel itu akan membelah sungai yang tenang. Aroma rumbia serta pohon bakau sesekali menyeruak terbawa hembusan angin. Setidaknya ada dua kali perahu harus menerobos bukit batu raksasa yang memiliki rongga dan muat dilewati perahu.

Setelah berperahu sekitar 10 menit, Anda akan tiba di pelabuhan kecil di tepi sawah. Mata betul-betul dimanjakan oleh pemandangan lukisan alami. Bayangkan, sebelum perahu berhenti, Anda disambut lempengan karang raksasa yang permukaannya rata. Di bawahnya ada ceruk yang lumayan luas dan setinggi sekitar satu meter. Ceruk itu bisa ditempati sekadar duduk-duduk melepas kepenatan.

Lalu saat naik dari perahu, melangkah beberapa meter saja, hamparan sawah membentang sepanjang mata sampai ke ujung bukit kars. Persawahan di Desa Salenrang ini dipagari bentangan bukit kars yang indah. Tingginya bervariasi ada yang menjulang mencapai lebih dari 50 meter.

Tidak cukup hanya sensasi itu saja, di kawasan ini terdapat pula gua purba yang berjumlah sekitar 400 gua, namun yang baru di explore untuk ditelita baru 39 gua. Diantara gua-gua tersebut banyak lukisan telapak tangan peninggalan jaman purba.

Sejalur dengan gua-gua yang ada lukisan telapak tangan jaman purba terdapat pula oase, yang dikenal telaga bidadari. Telaga ini berada ditengah bebatuan besar yang membentuk lubang atau cekungan sehingga air dari pegunngan berkumpul  di telaga bidadari. Disebut telaga bidadari konon telaga tersebut tempat mandi para bidadari yang turun dari langit.

Telaga ini menurut warga sekitar memiliki keistimewaan sebab setiap musim hujan air telaga tersebut surut, namun ketika musim kemarau air telaga berlimpah, sehingga telaga ini juga dimanfaat sebagai sumber air tawar bagi warga setempat. Keindahan telaga ini juga sangat luar biasa, jadi tidak heran ini mencapai ke lokasi ini perlu mental dan kondisi yang prima. (DAM/dbs)

0 Response to "Rammang-Rammang, Eksotisme Hamparan Taman Hutan Batu yang Melegenda "

Posting Komentar

Silahkan beri komentar