“Bacalah”….begitu bunyi ayat Al-Qur’an pertama kali
diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Sholallahu
Allaihi Salam. “Bacalah”, lanjut Jibri sambil memeluk erat Nabi Muhammad. “Tapi
aku tidak bisa membaca”, kata Nabi Muhammad. Lalu, Malaikat Jibril
melanjutkannya. “Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Membuat manusia
dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu ialah yang paling mulia. Mengajarkan
dengan qalam. Hal-hal yang tidak diketahui manusia.”
Bagi umat Islam
perintah membaca lebih dahulu ada daripada perintah sholat, puasa, haji atau
zakat. Namun sayangnya, saat ini membaca justru belum menjadi atmosfir di
Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
alih-alih budaya membaca justru jauh dari masyarakat Indonesia.
Lihat saja, data-data survey menunjukkan,
masyarakat Indonesia menempati posisi terendah di Asia dalam budaya memebaca.
Rendahnya budaya baca ini tidak hanya terjadi di kalalangan masyarakat, tetapi
juga di kalangan pelajar, mahasiswa, guru, bahkan dosen dan akademisi yang
mestinya dekat dengan aktivitas membaca. Kebiasaan membaca mereka rata-rata
kurang dari satu jam perhari. Kalau komunitas akademik hanya memiliki kebiasaan
membaca kurang dari satu jam per hari, maka berapa menit masyarakat umum
memiliki kebiasaan waktu membaca.
Data ini perkuat oleh laporan Bank Dunia
Nomor 16369-IND, dan studi IEA (International Association for the Evaluation of
Education Achicievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh
negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (
skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan itu
saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya
30 persen.
Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam Human
Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen.
Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti
Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen.
Rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia
ini bisa dilihat dari jumlah buku baru yang terbit di negeri ini, yaitu hanya
sekitar 8.000 judul/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000
judul/tahun, Vietnam 45.000 judul/tahun, sedangkan Inggris menerbitkan 100.000
judul/tahun. Kesenjangan budaya baca ini akan semikin terlihat kalau
dibandingkan dengan Jepang.
Selain dari jumlah penerbitan buku, rendahnya
minat baca masyarakat Indonesia juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Di
setiap tempat, mulai café, halte bus, stasiun kereta, bandara, taman dan area
bublik lainnya kita jarang sekali melihat ada orang yang membaca, mereka lebih
banyak ngobrol, main HP atau bengong sambil melamun.
Kondisi ini sangat berbeda dengan masyarakat
Jepang, yang budaya membacanya sudah tinggi. Di Jepang kita akan mudah
melihat dan menemukan orang membaca di Stasion Kreta Api, terminal bus atau
antrean calon penumpang taksi. Bahkan tidak sedikit yang tetap membaca sambil
berjalan dengan langkah-langkah cepat.
Belajar dari Jepang
Jepang termasuk
salah satu negara maju di dunia. Sejak kalah pada Perang Dunia II, perlahan
Jepang bangkit dan memulai kehidupan yang baru. Bagaikan bunga yang bermekaran
di musim semi setelah musim dingin berlalu, negara yang kalah perang justru
berubah 180 derajat, menjadi negara maju yang bersaing dengan Amerika dan telah
menjadi salah satu tempat rujukan pendidikan oleh banyak negara di dunia.
Salah satu rahasia
bangsa Jepang menjadi negara maju adalah budaya membaca. Di Jepang budaya
membaca sudah dipupuk sejak dini kepada anak-anak mereka, dan mereka
menyadarkan kepada anak-anaknya betapa pentingnya membaca serta berharganya
buku sebagai jendela ilmu.
Namun uniknya system
pendidikan di Jepang untuk tingkat TK atau SD tidak diajarkan baca, tulis,
hitung (calistung). Justru anak-anak TK atau SD di Jepang dibiasakan dibacakan,
anak-anak diperkenalkan pada buku dengan cara yang super menyenangkan, sehingga
mereka merasa bahwa buku adalah 'permainan' yang menyenangkan ketimbang gadget.
Banyak fasilitas
pendukung serta program reward di sekolah yang juga diadakan oleh pemerintah
guna mendukung kebiasaan membaca ini. Salah
satu program pemerintah Jepang dalam mendukung budaya membaca adalah diberlakukannya gerakan 20
Minutes Reading of Mother and Child. Gerakan ini menganjurkan seorang ibu
untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau
sekolah selama 20 menit sebelum anaknya pergi tidur.
Sejak 1955, di negara
yang penduduknya sangat gemar membaca ini juga telah dibentuk Parent Teacher
Association (PTA) Mother Library atau perpustakaan yang dikelola oleh
perkumpulan orangtua murid dan guru. Mereka mengembangkan sistem distribusi
buku ke daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh perpustakaan keliling. Jadi
jangan heran keberadaan perpustakaan atau took-toko buku hampir ada dipelosok
wilayah Jepang.
Saking gemarnya
masyarakat Jepang dalam membaca terdapat istilah atau kebiasaan tachiyomi di
Jepang. Tachiyomi merupakan salah satu kegiatan membaca yang dilakukan sambil
berdiri di toko buku. Singaktnya tachiyomi adalah kegiatan membaca gratisan di
toko buku. Di Jepang sendiri banyak toko buku yang menyediakan buku-buku yang
plastik pembungkusnya sudah terbuka, sehingga dapat dimanfaatkan oleh banyak
orang untuk melakukan kegiatan tachiyomi.
Penjual toko buku di
Jepang menerima dengan antusias kebiasaan tersebut dengan membiarkan begitu
saja kegiatan tachiyomi ini. Ia tidak takut merasa rugi akibat banyaknya pembaca
yang berniat membaca gratisan tersebut. Ia malah berprinsip, semakin ramai
tachiyomi yang ada di tokonya maka semakin banyak kemungkinan orang tersebut
membeli buku pada keesokan harinya atau hari lainnya.
Mengakhiri tulisan
ini ada kutipan menarik dari seorang Ray Bradbury, “Tidak pelu membakar buku
untuk atau menjatuhkan bom atom menghancurkan sebuah bangsa, cukup buat saja
orang-orang di negeri tersebut berhenti memabaca”. (DAM)
Terima jasa pembuatan website murah berkualitas daerah malang, surabaya, jawa timur, dan seluruh Indonesia dan juga
BalasHapusbimbingan skripsi informatika. Hubungi Fernandes 083834375641/ 75286D3B/ http://cvelecomp.com
Terima jasa pembuatan website murah berkualitas daerah malang, surabaya, jawa timur, dan seluruh Indonesia dan juga
BalasHapusbimbingan skripsi informatika. Hubungi Fernandes 083834375641/ 75286D3B/ http://cvelecomp.com