
Di antara 40 museum, Gedung Museum Nasional di Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat telah memperoleh nama internasional karena kumpulan benda sejarahnya sejak masa prasejarah. Museum tertua di Indonesia ini didirikan oleh Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau Perkumpulan untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan.
Perkumpulan ini dibentuk 1778 oleh JCM Radermacher, anggota Dewan Hindia, dan menantu laki-laki dari gubernur jenderal Reinier de Klerk. Bekas kediaman de Klerk hingga kini masih berdiri dengan megah di Jl Gajah Mada dan telah direhabilitasi pemerintah Belanda. Gedung yang memiliki pekarangan luas ini pernah dijadikan Gedung Arsip Nasional.
Lembaga ini memiliki tujuan untuk mempromosikan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sejarah, arkeologi, etnografi, dan mempublikasikan berbagai penemuan-penemuan di bidang tersebut.
Salah seorang pendiri, J.C.M. Radermacher menyumbangkan bangunan, koleksi buku-buku dan benda-benda budaya yang merupakan awal berharga untuk sebuah museum dan perpustakaan bagi masyarakat. Karena semakin meningkatnya jumlah koleksi, Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles pada awal abad ke 19 membangun tempat baru di Jalan Majapahit no. 3, di pavilyun gedung Harmonie dan menamakannya Literary Society.

Kemudian pada periode berikutnya tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru yang tidak hanya berfungsi sebagai kantor tetapi juga sebagai tempat perawatan dan memamerkan koleksi-koleksi yang ada.
Museum ini dibuka secara resmi pada tahun 1868. Museum ini dikenal sebagai Gedung Gajah atau Gedung Arca, karena terdapat patung gajah yang terbuat dari perunggu di halaman depan yang merupakan pemberian dari Raja Siam (Thailand) pada bulan Maret 1871.
Pada tanggal 29 Februari 1950 lembaga ini menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (Indonesia Culture Council) dan selanjutnya pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi Museum Pusat. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 tanggal 28 Mei 1979 menjadi Museum Nasional.

Koleksi Museum
Museum Nasional memiliki banyak koleksi benda-benda budaya dari seluruh Nusantara. Di antaranya termasuk koleksi arca-arca, prasasti yang berasal dari kerajaan-kerajaan di Nusantara dan benda-benda seni budaya serta beraneka ragam benda-benda yang digunakan pada upacara tradisi dan ritual dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia.
Hingga saat ini koleksi yang dikelola Museum Nasional berjumlah lebih dari 141.000. benda, terdiri atas tujuh jenis koleksi yaitu koleksi prasejarah, arkeologi, keramik, numismatik dan heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Koleksi tersebut dapat disaksikan dalam 9 ruangan berbeda, yaitu: Ruang Etnografi, Ruang Perunggu, Pra-Sejarah, Ruang Keramik, Ruang Tekstil, Ruang Numismatik & Heraldik, Ruang Relik Sejarah, Ruang Patung Batu, dan Ruang Khazanah.
Dahulu Museum Nasional juga memiliki perpustakaan yang menyimpan koleksi berupa naskah-naskah manuskrip kuno, namun setelah gedung Perpustakaan Nasional RI yang terletak di Jalan Salemba 27 Jakarta Pusat didirikan, naskah-naskah tersebut dan koleksi perpustakaan Museum Nasional kini disimpan di Perpustakaan Nasional.
Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan juga pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini terbanyak dan terlengkap di dunia. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

0 Response to "Museum Nasional, Peyimpan Jejak Sejarah Bangsa"
Posting Komentar
Silahkan beri komentar