Runcing dan Tajam. Terlihat jelas materi logam yang berbobot. Lekuk-lekuknya memberikan aksen khusus. Guratan pamor diatasnya memiliki makna tersendiri. Itulah Keris.
Keris. Ia adalah senjata tradisional. Ia sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya. Keris bagi masyarakat
Keris merupakan media penghubung dunia nyata dan maya. Tidaklah heran bila keris begitu lekat dengan keseharian masyarakat di nusantara, terutama berkenaan dengan ritual-ritual adatnya.
Bila memasuki dunia pecinta Keris, baik kolektor, pedagang, perantara, atau pembuat keris, seseorang akan dihadapkan pada cerita sensasi dan fantastisnya harga keris. Ditambah pula dengan keunggulan, keindahan, ke-adiluhung-an, dan cerita-cerita berbau mistik yang menyertai sebuah senjata. Itu terjadi sejak dulu.
Keris yang punya tempat khusus, terlihat memiliki gebyar, penampilan lahiriah menarik, Guwono, yakni ada Greget, Wingit, menampakkan keangkeran, dan Wibowo, memancarkan kewibawaan. Fungsi keris, tercatat ada 28, sebagian di antaranya sebagai senjata, warisan, pusaka, jimat, sipat kandel, semacam kepercayaan diri, racikan upacara, dan perlengkapan prajurit.
Di nusantara ini, keris dijumpai di berbagai tempat, di Sumatera, Jawa, Bali,
Tak heran bila yang memandang keris sebagai produk sebuah jaman, menganggap keris yang punya kelas adalah yang berasal dari Jaman Majapahit. Diyakini saat itu motivasi empu pembuat keris begitu tinggi, sehingga hasilnyapun berkualitas.
Keris, khususnya di Jawa mendapat tempat khusus. Konsep
Setiap lelaki selayaknya memiliki keris, tak sekedar senjata, namun lebih sebagai pengukuh identitasnya. Perlakuan khusus diberikan pada keris-keris yang khusus, atau keris pusaka. Biasanya dibersihkan paling tidak setahun sekali dengan upacara khusus di Bulan Suro. Aspek mistik memang melekat erat pada keris. Bahkan kerap melenceng lebih jauh lagi, menjadi klenik. Inilah yang justru kental dalam memandang keris.
Bagian-Bagian Keris
Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu wrangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.
Pegangan keris, pegangan keris ini bermacam-macam motifnya , untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka, patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia .
Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat
Secara garis besar terdapat dua macam wrangka, yaitu jenis wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong dan gandek.
Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal, dll.
Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.
0 Response to "Keris, Warisan Budaya Dunia"
Posting Komentar
Silahkan beri komentar