Museum Taman Prasasti, The Dark Tourism

Taman Prasasti, kuburan peninggalan zaman VOC yang sudah berusia 213 tahun, merupakan salah satu taman pemakaman umum atau TPU resmi tertua di dunia. Karena itu, taman tersebut layak disebut sebagai warisan budaya dunia.

Taman Prasasti, dulu disebut Kerkhof Laan, lebih tua dari pemakaman tertua di Singapura Fort Canning Park (1926), Gore Hill di Sydney (1868), La Chaise Cemetery di Paris (1803). Ia bahkan lebih tua dari Mount Auburn Cemetery di Cambridge, Massachusetts, AS (1831), yang diklaim sebagai TPU modern pertama di dunia sehingga Pemerintah AS menetapkannya sebagai national historic landmark.

Taman pemakaman Kerkhof Laan atau dulunya disebut juga Kebon Jahe Kober dibangun pada tahun 1795, di masa akhir zaman VOC, dengan tujuan mengantisipasi kepadatan penduduk kota Batavia, yang meningkat pesat sejak ia menjadi kota perdagangan internasional.

Pada tahun 1808, Kerkhof Laan menerima banyak batu nisan pindahan dari kuburan yang ada di berbagai tempat lain, seperti Gereja Belanda di Kota (kini Museum Wayang) dan Gereja Sion. Pemindahan itu dilakukan atas perintah Gubernur Jenderal Daendels, yang melarang dilanjutkannya tradisi mengubur jenazah di dalam gereja atau di atas tanah pribadi.

Lalu, tahun 1844 Pemerintah Hindia Belanda membangun gedung induk bergaya doria untuk ruang tunggu para kerabat dan pelayat serta sebagai tempat persemayaman jenazah. Sekarang, bangunan itu digunakan sebagai gerbang masuk, loket pembelian tiket, dan ruang pamer.

Pada masa itu, orang yang meninggal di rumah sakit (gedung rumah sakit itu sekarang jadi Museum Bank Indonesia di kawasan Kota, Jakarta Barat), jenazahnya diangkut pakai perahu jenazah melalui Kali Krukut ke Pekuburan Kebon Jahe Kober.

Di ujung Jalan Tanah Abang I, jenazah diturunkan dari perahu, kemudian dibawa dengan kereta jenazah yang ditarik dua sampai empat ekor kuda ke kompleks pemakaman. Jumlah kuda penarik kereta menunjukkan strata sosial orang yang meninggal. Semakin banyak kuda berarti orang yang meninggal itu berasal dari kalangan berpengaruh dalam masyarakat Batavia.

Setelah Indonesia merdeka, makam itu digunakan untuk umum, terutama bagi orang yang beragama Kristen. Sejak tahun 1975 pemakaman itu ditutup, kemudian dipugar dan ditata kembali. Sebelum ditata, banyak jenazah yang digali lalu oleh keluarganya atau pindahkan ke pekuburan lain di Jakarta. Setelah pemugaran selesai, kemudian pada tanggal 17 Juli 1977 diresmikan sebagai museum Prasasti.

The Dark Tourism

Museum Prasasti sesungguhnya merupakan taman terbuka dengan pohon-pohon rindang yang memamerkan koleksi batu nisan, umumnya nisan tokoh-tokoh penting pemerintah kolonial Belanda dan Inggris berserta keluarga mereka.

Ini barangkali salah bentuk dari dark tourism yang secara sederhana bisa dikatakan sebagai

kegiatan turisme yang menampilkan obyek, atraksi, atau pameran yang berkaitan dengan kematian, penderitaan, dan bencana. Dark tourism kini menjadi salah satu model yang ditawarkan industri pariwisata dunia setelah wisata sejarah, budaya atau eko-turisme.

Dari 4.600 batu nisan yang pernah ada di Kerkhof Laan atau Kebon Jahe Kober, yang tersisa ki ni berjumlah 1.242 buah. Di antara para tokoh sejarah yang makamnya masih ada di Taman Prasasti termasuk istri Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles, Olivia Mariamne Raffles, yang meninggal dunia pada tahun 1814; Dr HF Roll (1867-1935), penggagas dan pendiri sekolah kedokteran STOVIA; AV Michiels (terkenal pada perang Buleleng); JHR Kohler (terkenal pada perang Aceh); Miss Riboet alias Miss Tjitjih (1900-1965); Serta Soe Hok Gie (1942-1969).

Selain nisan orang-orang Belanda, ada pula makam puluhan tentara Jepang yang tewas di kawasan Bogor, miniatur makam dari berbagai provinsi di Indonesia, replika perahu dan kereta jenazah yang digunakan pada zaman Belanda, serta peti jenazah Bung Karno dan Bung Hatta.

Di halaman belakang kompleks, terdapat lonceng dari perunggu yang dipasang di tiang besi setinggi empat meter. Lonceng itu tidak asli lagi. Lonceng dulu dibunyikan untuk memberi tanda kepada petugas makam bahwa ada yang meninggal dan akan dimakamkan di tempat itu. Jika dibunyikan untuk kedua kalinya, itu berarti jenazah sudah akan diturunkan dari perahu dan petugas makam harus mempersiapkan diri untuk upacara pemakaman. (Deni:berbagai Sumber)

0 Response to "Museum Taman Prasasti, The Dark Tourism"

Posting Komentar

Silahkan beri komentar