Keris, Warisan Budaya Dunia


Runcing dan Tajam. Terlihat jelas materi logam yang berbobot. Lekuk-lekuknya memberikan aksen khusus. Guratan pamor diatasnya memiliki makna tersendiri. Itulah Keris.

Keris. Ia adalah senjata tradisional. Ia sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya. Keris bagi masyarakat Indonesia, terkadang dikonotasikan sebagai benda pusaka yang mengandung kekuatan magis.

Keris merupakan media penghubung dunia nyata dan maya. Tidaklah heran bila keris begitu lekat dengan keseharian masyarakat di nusantara, terutama berkenaan dengan ritual-ritual adatnya.

Bila memasuki dunia pecinta Keris, baik kolektor, pedagang, perantara, atau pembuat keris, seseorang akan dihadapkan pada cerita sensasi dan fantastisnya harga keris. Ditambah pula dengan keunggulan, keindahan, ke-adiluhung-an, dan cerita-cerita berbau mistik yang menyertai sebuah senjata. Itu terjadi sejak dulu.

Keris yang punya tempat khusus, terlihat memiliki gebyar, penampilan lahiriah menarik, Guwono, yakni ada Greget, Wingit, menampakkan keangkeran, dan Wibowo, memancarkan kewibawaan. Fungsi keris, tercatat ada 28, sebagian di antaranya sebagai senjata, warisan, pusaka, jimat, sipat kandel, semacam kepercayaan diri, racikan upacara, dan perlengkapan prajurit.

Di nusantara ini, keris dijumpai di berbagai tempat, di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Smbawa, Klimantan, Slawesi, dan Maluku. Diyakini kesemuanya menyebar dari tanah Jawa. Saat Majapahit berjaya di abad ke-13, 14 dan 15, keris yang bermula di Majapahit menyebar ke berbagai wilayah kekuasaannya.

Tak heran bila yang memandang keris sebagai produk sebuah jaman, menganggap keris yang punya kelas adalah yang berasal dari Jaman Majapahit. Diyakini saat itu motivasi empu pembuat keris begitu tinggi, sehingga hasilnyapun berkualitas.

Keris, khususnya di Jawa mendapat tempat khusus. Konsep lima prasyarat kehidupan sempurna lelaki Jawa, Wisma, Wanita, Kukila, Turangga dan Curiga, jelas menggambarkan itu.

Setiap lelaki selayaknya memiliki keris, tak sekedar senjata, namun lebih sebagai pengukuh identitasnya. Perlakuan khusus diberikan pada keris-keris yang khusus, atau keris pusaka. Biasanya dibersihkan paling tidak setahun sekali dengan upacara khusus di Bulan Suro. Aspek mistik memang melekat erat pada keris. Bahkan kerap melenceng lebih jauh lagi, menjadi klenik. Inilah yang justru kental dalam memandang keris.

Bagian-Bagian Keris

Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu wrangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.

Pegangan keris, pegangan keris ini bermacam-macam motifnya , untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka, patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia .

Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu.

keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu. Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.

Wrangka, rangka atau sarung keris adalah bagian (kelengkapan) keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, karena bagian wrangka inilah yang secara langsung dilihat oleh umum . Wrangka yang mula-mula (sebagian besar) dibuat dari bahan kayu (jati , cendana, timoho , kemuning, dll) , kemudian sesuai dengan perkembangan zaman maka terjadi perubahan fungsi wrangka (sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya ). Kemudian bagian atasnya atau ladrang-gayaman sering diganti dengan gading.

Secara garis besar terdapat dua macam wrangka, yaitu jenis wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong dan gandek.

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal, dll.

Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.

Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija ,atau keris tidak lazim .

0 Response to "Keris, Warisan Budaya Dunia"

Posting Komentar

Silahkan beri komentar